Minimalisasi Ketakutan siswa terhadap pelajaran Matematika
SELAMA ini, mata pelajaran (mapel) matematika dianggap sulit dan menakutkan. Apabila seseorang ditanya tentang mata pelajaran yang disukai di sekolah, maka sangat sedikit yang menunjuk matematika. Sementara jika ditanya tanggapannya tentang matematika, tidak sedikit pula yang menyebutkannya sebagai mapel yang tidak menarik. Pendapat ini mungkin sudah sangat akrab didengar, namun langkah–langkah konkrit untuk meluruskan tanggapan tersebut sangat jarang ditempuh. Bahkan mungkin hanya menjadi sebuah teori dedaktik metodik belaka. Bila dianggap matematika merupakan mata pelajaran yang menakutkan, maka sudah selayaknya komponen–komponen di dalamnya seperti aritmetika, logika matematika, aljabar, geometri, trigonometri, kalkulus, dan materi aplikasi lainnya juga berpredikat sama. Berarti komponen–komponen tersebutlah yang selama ini menjadi satu kesatuan yang membebani matematika untuk memiliki predikat menakutkan pula. Padahal karakteristik masing–masing komponen di atas sangatlah berlainan, meskipun esensinya serupa. Pilih saja aritmatika dan aljabar sebagai subyek pendukung matematika. Bentuk yang paling sederhana dalam mempelajari aritmetika adalah berhitung. Dengan bahasa umumnya aljabar sebagai dasar teorinya. Demikian pula geometri dengan benda–benda ideal yang cukup menarik di dalamnya. Sementara trigonometri menjadi bahasa dalam perhitungannya. Sedangkan kalkulus dan materi aplikasi lainnya misalkan statistika, peluang dan bahasa pemrograman komputer sudah cukup menyeberang ke arah mata pelajaran lain yang mungkin tidak seheboh predikat matematika. Kurikulum mengamanatkan agar materi pembelajaran dapat dikemas dengan baik sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Tantangan inilah yang seharusnya di jawab secara bijak oleh masing-masing guru matematika berbagai jenjang. Pemahaman matematika secara gamblang dan mudah dipahami akan merangsang siswa untuk gemar mapel ini. Mengenal Peserta Didik Mengenal peserta didik menjadi dasar transformasi ilmu. Mengenal di sini sudah cukup umum, di antaranya latar belakang di keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarganya, sifat dan sikap di lingkungannya. Terlebih lagi suasana hatinya pada saat sedang melakukan interaksi belajar. Upaya mengalihkan perhatian untuk lebih serius dalam belajar bisa disiasati dengan menanyakan suasana atau kejadian menyenangkan yang mungkin baru saja dihadapi siswa tersebut. Bagaimanapun kreativitas diperlukan sekalipun matematika sudah cukup beku untuk menjadi pelajaran yang berkembang. Di antaranya dengan menunjukkan gaya mengajar dengan tutur kata yang menarik di mata siswa. Menumbuhkan kecintaan siswa dengan menggali manfaat yang bisa diambil dari pelajaran yang sedang dihadapi. Memperhatikan keseriusan siswa dalam interaksi di kelas, dengan pilihan materi yang selaras situasi yang sedang dihadapi siswa. Bila memungkinkan, menyajikan materi kontekstual dengan sajian bahasa yang dipahami siswa. Seorang guru menyajikan rumus untuk kemudian meminta siswa mengerjakan soal – soal aplikasinya. Mungkin menjadi menu utama dalam pembelajaran matematika. Tuntutan aktivitas belajar demikian cukup mewarnai kebosanan siswa dalam berinteraksi meskipun akhirnya aktivitas belajar tetap terjaga. Bagaimanapun beratnya tuntutan tersebut perlulah disikapi agar tidak menumbuhkan kebosanan. Misalnya memberikan nuansa berbeda, baik dengan selingan–selingan segar berupa cerita jenaka, atau hal lain yang diinginkan siswa sepanjang tidak menyimpang dari tuntutan pendidikan. Mengenal Sejarah Matematika Hal yang mungkin sangat jarang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah sejarah matematika. Bukan tokoh–tokoh matematikanya, melainkan proses ditemukannya teori matematika oleh tokoh tersebut. Jika guru menggali sejarah matematika, cukup luas cakupan ilmu yang bisa ditularkan. Mengingat tokoh matematika jelas memiliki pengalaman unik dan terarah pada teori yang ditemukannya. Bahkan kronologi teorinya cukup tergambar dari cerita sejarahnya. Bukankah hal tersebut merupakan materi kontekstual bagi penemu teori tadi ?Pemahaman sejarah matematika akan memberi gambaran pada siswa bahwa matematika sebenarnya bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan kita. Apalagi bila guru mampu pula menjelaskan di sekitar kita ini banyak persoalan yang berkaitan langsung dengan matematika di sekolah. Matematika memang menjadi mapel yang menuntut siswa dan guru penuh keseriusan dan kesungguhan. Meskipun demikian apakah tidak mungkin mapel yang sementara orang dianggap membosankan ini di kemas dalam bentuk yang menyenangkan ? Persoalan inilah yang menjadi tantangan sekaligus rangsangan guru untuk selalu berinovasi, berimprovisasi dalam pembelajaran mapel yang di anggap sulit ini. Penggunaan alat peraga Selain itu tidak ada salahnya guru juga menampilkan pembelajaran dengan alat peraga dari pokok bahasan yang di bahas. Khusus mapel matematika di jenjang pendidikan dasar hal ini sangat penting. Anehnya selama ini belum banyak guru yang berbuat demikian. Perilaku guru ini berdampak pada pelajaran kurang jelas dan siswa kesulitan dalam menerimanya. Akiabatnya siswa memvonis bahwa matematika pelajaran yang sangat sulit. Melalui langkah-langkah di atas penulis berkeyakinan matematika akan di terima anak dengan senang hati dan sekurang-kurangnya dapat mengurangi anggapan bahwa matematika itu sulit dan menakutkan.
cie....
BalasHapusciee,,,,
keren euy...